Manusia sebagai Makhluk Allah SWT
Posisi manusia di
alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan penciptaan manusia oleh
Allah SWT, adalah sebagai hamba (‘abid). Sebagai hamba, tugas utama manusia
adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang
hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat
atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid,
kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas
sepenuh hati (Q.S. 2:21, 98:5, 52:56).
Ibadah berakar kata ‘abada yang
artinya mengabdikan diri, menghambakan diri. Ibadah dalam arti sempit ialah
aktivitas keagamaan ritual seperti shalat, puasa, dan haji.
Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai
dengan syariat Islam; aktivitas ekonomi –seperti berdagang, politik, seni, dan
lainnya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Semua perbuatan baik yang mendatangkan
manfaat bagi diri dan orang lain adalah ibadah atau amal saleh.
Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan
Allah sebagai ‘abid ini. Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku
Islami, karena secara ideal, seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah
benar-benar ter-shibghah (tercelup) kedalam “celupan Allah”, yakni syariat
Islam.
Muslim yang sudah ter-shibgah,
segala perilaku kesehariannya berpedoman pada ajaran Islam, setiap gerak
langkah dan perbuatannya “dikendalikan” oleh syariat Islam, sehingga ia selalu
berbuat kebaikan dalam segala hal.Wallahu
a’lam.
Komentar
Posting Komentar